Powered By Blogger

Lencana Facebook

Kamis, 03 Februari 2011

Puisi kaum Proletar..


BANGUN dan bangkitlah!
Robohkan fondasi istana kaum kaya
Didihkan darah kaum tertindas dengan api iman
Ajarlah burung gereja biar berani melawan elang
Saat rakyat berdaulat sudah dekat
Hapuskan sisa-sisa hukum dan kebiasaan masa lalu
Buanglah bulir gandum dan kebiasaan masa lalu
Buanglah bulir gandum di tegalan
Yang gagal member kehidupan kaum tani
Kemudian arahkan pandang kepada para pendeta
Dan singkirkan mereka dari gereja
Sebab mereka berdiri bagaikan tirai besi yang memisahkan
Tuhan dan manusia
Padamkan lampu disemua kelenteng dan masjid
Karena mereka mencoba menipu Tuhan dan berhala-berhala
Dengan sujud dan bicara tanpa makna
Aku muak dengan kemegahan palsu kelenteng pualam
Bangunkan daku kelenteng dari tanah.

(Sir Muhammad Iqbal)

Bukalah matamu sawdara seimanku...


Tuhan
Lihatlah betapa baik kaum beragama di negeri ini
Mereka tak mau kalah
Dengan kaum beragama lain di negri-negri lain,
Demi mendapat ridla Mu
Mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka
Untuk merebut tempat terdekat disisiMu
Mereka bahkan tega menyodok dan menikam
Hamba-hambaMu sendiri
Demi memperoleh rahmatmu
Mereka memaafkan kesalahan
Dan mendiamkan kemungkaran
Bahkan mendukung kelaliman
Untuk membuktikan keluhuran budi mereka
Terhadap setan pun
Mereka tak pernah berburuk sangka.

-a. Mustafa Bisri-

Negri Para Pelupa II


Para jendral dan pejabat sudah saling mengadili
Para reformis dan masyarakat
Sudah  nyaris tak terkendali
Mereka yang kemarin dijarah
Sudah mulai pandai meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mencoba memaksa
Mereka yang selama ini tiarap ketakutan
Sudah bnyak yang muncul kepermukaan
Mereka yang kemarin dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Mereka yang kemarin terbelenggu
Sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
Mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa
Sudah mulai banyak yang lupa.

-Mustofa Bisri, 2000-

Negri Para Pelupa.


Tokoh-tokoh hitam yang selama puluhan tahun
Membohongi dan menjarah uang rakyat
Cuma butuh enam tahun untuk come back
Dengan tenang dan dilegitimasi oleh hukum…
Hanya dalam tempo enam tahun
Rakyat sudah lupa akan dosa-dosa mereka!
Lupa, kan!?...
Pak Sanini KM pernah berujar,
“kita jangan lupa pada sejarah Konferensi Asia Afrika
Lima puluh tahun yang lalu.”
Si Ahda teman saya kontan tersengat,
“wah boro-boro lima puluh tahun,
Reformasi yang baru lima tahun saja sudah dilupakan.”

-Harry Roesli, 2004-

darah...


Terhadap apa pun yang tertuliskan,
Saya hanya menyukai apa-apa
Yang ditulis dengan darah,
Menulislah dengan darah,
Dan dengan begitu
Kau akan belajar bahwa darah adalah roh.

-Nietzsche

Akulah sang Perantau.....


Puisi, hanya kaulah lagi tempatku pulang
Puisi, hanya kaulah lagi pacarku terbang.

Pulang?
Ke mana harus pulang
Si burung samudra tanpa sarang?
Sayang Pai kau mati sebelum bertemu
Generasi berganti dunia belum juga sudah.

Si perantau yang hilang dan kehilangan
Hari ini dijamu, ditarik kemana-mana
Besok kembali jadi badan sebatang
Di rantau orang

(sumber; dari berbagai puisi Agam Wispi)