Powered By Blogger

Lencana Facebook

Senin, 30 Agustus 2010

PENERIMAAN

Oleh; Chairil Anwar

Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi

Jangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kembali
Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.

Maret 1943

PERSETUJUAN DENGAN BUNG KARNO

 Oleh; Chairil Anwar

Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut

Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh

(1948)

Aku

oleh; Chairil Anwar

Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

Jumat, 27 Agustus 2010

Malu (aku) Jadi Orang Indonesia

Oleh; Taufiq Ismail

I
Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia.
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini.


II
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,
Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

Gerakan Syahwat Merdeka (Atau tentang rasa malu yang redup tenggelam di tanah air kita)

OLeh; Taufiq Ismail

Reformasi sebagai gelombang raksasa
Membawa perubahan politik dahsyat satu dasawarsa
Dan menumpang masuklah penghancur nilai-nilai luhur bangsa,
Penumpang destruktif pelaksana
Dengan ciri kerja gabungan utama:
Permisif: serba boleh
Adiktif: serba kecanduan
Brutalistik: serba kekerasan
Transgresif: serba melanggar aturan
Hedonistik: serba mau enak, foya-foya
Materialistik: serba benda, diukur
Dan mereka bekerja dengan leluasa, karena tidak ada rasa malu lagi dalam panca indera
Dengan mengusung nilai permisif, serba boleh begitu-begini
Hak orang lain diambil, tanpa rasa malu lagi
Populernya ini disebut korupsi
Dan menjadilah negeri ini menduduki papan atas di dunia koruptif kini
Karena rasa malu terkikis nyaris habis
Nilai permisif yang serba boleh itu menyebabkan hak penggunaan kelamin orang lain
Diambil dicuri tanpa rasa isi
Karena rasa malu sudah sangat erosi
Perilaku adiktif, serba kecanduan di negeri kita ini
Melingkupi alkohol, nikotin, narkotika dan pornografi
Dilakukan orang karena rasa malu yang makin kerdil mengecil
Tingkah laku brutalistik, serba kekerasan
Menyebabkan wajah Indonesia tak lagi ramah dan sopan
Sedikit-sedikit murka, kepalan teracung, kata-kata nista
Menggoyang pagar, merusak kantor, membakar kendara
Bringas, ganas, sampai membunuh sesama bangsa
Begitulah rasa malu sudah habis dan sirna
Kelakuan transgresif, serba melanggar peraturan
Mengakunya progresif, pelopor kemajuan
Tapi sejatinya transgresor, melangkahi merusak tatanan
Mendobrak tabu kepada yang muda diajarkan
Karena rasa malu sudah hancur berantakan
Perilaku hedonistik, serba mau enak dan foya-foya
Memperagakan kekayaan di lautan kemiskinan
Empati jadi direduksi luar biasa
Karena rasa malu sudah raib ke angkasa
Kelakuan materialistik, serba benda
Segala aspek kehidupan diukur dengan uang semata
Cengkeramannya makin terasa dalam perilaku hidup kita
Karena rasa malu akan kita cari kemana
Inilah adegan kehancuran budaya bangsa kita
Salah satu sebab utama, dari banyak faktor yang dapat dieja
Yang sepatutnya kita sebut sambil menangis
Di dalam praktik di masyarakat kita hari ini
Terutama berlangsung sejak Reformasi
Tak ada sosok dan bentuk organisasi resminya
Tapi jaringan kerjasamanya mendunia,
Kapital raksasa mendanainya,
Ideologi gabungan melandasinya
Dengan gagasan neo-liberalisme sebagai lokomotifnya
Dan banyak media massa jadi pengeras suaranya
Dan tak ada rasa malu dalam pelaksanaannya
Inilah Gerakan Syahwat Merdeka
Dan pornografi salah satu komponen pentingnya.

Senin, 23 Agustus 2010

Perempuan Itu.....



Dia masih saja begitu....
dengan senyum ramah dan dan tatapan khas perempuan madura....

Dia selalu saja memberikan yang terbaik untuk semua..
Ketulusannya tergambar jelas dalam raut wajahnya...

entahlah, walopun tlah berkali-kali aku mengunjunginya,
kekaguman itu selalu masih saja aku rasakan...

Sosok Perempuan dewasa, Modern, smart, ramah....
akh!! sepertinya semua kesempurnaan ada pada dirinya...

setiap kali aku melihatnya, kehangatan mengguyur jiwaku yg tlah lama membeku...
apalagi ketika dia mulai menyapa, tersenyum tepat di hadapanku...
oh... Tuhan... serasa tak ada kemampuan untuk membalas tatapannya, Membalas sapanya dan juga membalas senyumnya... 

semua seakan berhenti, moment yang sangat aku nikmati,
walopun hanya mampu ku balas dengan senyum yang tertahan...
"Selamat Pagi Mas.... ada yang bisa saya bantu" sapanya, diiringi dengan senyum khasnya...

Apalah daya hambamu ini Tuhan, mengapa kau ciptakan mahkluk seindah dia...

Sering kali hatiku bertanya....
Apakah dia telah bersuami....?!

Jumat, 20 Agustus 2010

rasa yang t' sampai....

Walau kau hanya diam...
Aku tetap bisa menikmatimu.

Memandangmu adalah anugrah sayang,

walau sering kali kau tusuk aku dengan pandangan sinismu, aku tak pernah perduli.
walau sering kali kau cibir aku dengan senyum kecutmu, aku tak perduli.

aku hanya yakin, sekeras apapun hatimu, nantinya akan luluh....

Kini tak ada lagi yang aku inginkan di dunia ini melebihi ingin menaklukkanmu sayang...
kau seperti binatang buruan, dan aku pemburu yang sedang lapar...

nafasmu selalu membangunkan naluriku...
Gerakanmu selalu membuatku terpana...

Oh Tuhan.... turunkan sabdamu, buatlah aku menaklukkan hatinya, seperti Muhammad menaklukkan Quraisy di Perang badar...

Maafkan aku sayang yang tak akan pernah menyerah menghantuimu....
Karena pikiran selalu penuh akan dirimu setiap ku terbangun...

Kau telah memberikan aku segalanya hanya dengan Bernafas sayang....

Senin, 09 Agustus 2010

Ku Genggam Cintamu di Malioboro...


Ternyata Kau masih seperti yang dulu...
Dengan tatapan yang masih saja membuatku terdiam...

Kau memang bukan milikku lagi...
& tak ada niatan sedikitpun untuk mengajakmu singgah kembali dalam khayalku..

Aku hanya tak pernah tau caranya, 
untuk membuang semua kenangan yang pernah kita tuliskan bersama..
dalam sejarah hidup ini...

 
Tak semudah itu wahai Perempuan Jalang...!!

Karena itu Terlalu Manis Untuk dilupakan...
Jikalau memang kita tak saling cinta tak kan terjadi...
diantara kita.....

Ya, kisah bisu di Malioboro...
Ketika berhasil ku Genggam Cintamu...

Minggu, 08 Agustus 2010

Sisi Manusiawi Polisi.....



Inilah sisi lain Potret Polisi di Bangsa Yang katanya Amburadul Ini...

Semoga semakin maju dan bergerk sesuai dengan tugasnya...

Kamis, 05 Agustus 2010

My Inspirasi...



Kini aku kehilangan inspirasi....

Aku tak lagi mendapatkan parasmu, ntah kemana lagi harus kucari, ketika samudra telah ku arungi....
Gunung pun telah ku daki...

Datanglah wahai inspirasiku...
karena aku tak mampu berfikir ketika tak kudapatkan senyum nakal mu....

Senin, 02 Agustus 2010

Puisi Negeri Para Bedebah


Karya:Adhie Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah .
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa .
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah .
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala.

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?

Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah

Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
,
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah.
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum ,
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya.

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
.
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi.
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi.

Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan...