Powered By Blogger

Lencana Facebook

Senin, 26 Desember 2011

Bima

Inilah Sabtu yang akan dicatat sejarah, sebagai hari terkutuk dan bersimbah darah

Pada siang yang panas menjelang natal, ketika langit hendak memamerkan kedamaian pada bumi di Teluk Sape

Rakyat menangis meratapi nasibnya, masa depan mereka dijarah penguasa tamak

Tapi, siapa mau mendengar ratapan mereka?

Sedang penguasa yang alpa mengurus negara sibuk menghitung dan membagi harta jarahan

Sambil bersulang anggur, mereka saling menegur.

“damai di langit … “

“damai di kalangan elit …. “

Sementara di bumi, di tempat rakyat hanya bisa mengumpat, sepasukan manusia tak berjiwa menerjang, menendang

dari senjata mereka yang sudah terkokang bermuntahan peluru, mendesing ke segala arah

Lalu, Teluk Sape bersimbah darah

Mesuji bersimbah darah

Papua bersimbah darah

di mana-mana tubuh tergolek tak berdaya, mereka bergelimpangan ditendang pasukan yang mereka biayai

Mereka bergelimpangan diterjang peluru yang mereka beli, para penjaga negara itu sudah berpaling!

Maka dengan pedang telanjang aku torehkan luka di dinding hati

Wahai rezim pembantai …

Tingkah lakumu yang korup dan tak bermoral sungguh bikin aku semakin mual …

Tapi akan tiba saatnya rakyat mengumpulkan ranting dari hutan-hutan kerontang

Menumpuknya di lahan gersang karena telah kau hisap habis isinya

dengan amarah berkobar-kobar ranting pun menjadi unggun

Lidah apinya yang besar meliuk-liuk menjilat istana kebohongan, membakar kekuasaanmu sedang kamu hanya bisa merintih, terhina dan perih

Sejarah akan menguburmu dalam kubangan penuh nista

Seperti para penguasa sebelum kamu, yang lalai lagi penuh dusta

(adhie Massardi)
—ooo0ooo—

Minggu, 25 Desember 2011

Jeritan rakyat Kecil...

Papua, Mesuji, Bima
Melengking sayatan tangis
Tangisan pedih yang lama
Yang berurat akar di nadi mereka
Di hati perih yang lama

Darah darah yang jatuh tumpah
Adalah air mata air mata yang telah habis tumpah
Telah lama mengering air mata air mata mereka
Telah lama mengering mata air mata air pencaharian mereka

Kami memang miskin dan bodoh
yang memang harus dipaksa mengerti dengan bedil dan peluru
bahwa
Kami bukan lagi rakyat merdeka yang berhak menikmati
langit merdeka
tanah merdeka
air merdeka
bahwa
langit bumi tanah air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya
seharusnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar besar
kepentingan hajat hidup segelintir
investor
koruptor
aparat dengan bedil dan dor

silakan paksa kami untuk mengerti itu
karena kami memang (di)miskin(kan) dan (di)bodoh(kan)
bocorkan lagi kepala, tubuh, paha, bokong kami
agar tak ada duka
di perut buncit kalian
di rekening gendut kalian
di istana istana kalian
di pesta-pesta kalian

bocorkan lagi
maka akan kami tenggelamkan kalian

(Hudi Leksono)

Sabtu, 24 Desember 2011

alhamdulillah yah....


tak ada perjuangan sia2 kawan...

semoga semua akan lebih baik di masa yang akan datang nanti...

Minggu, 13 November 2011

Kau ....

Kini kau mulai Rajin,
tiap pagi sudah duduk manis di otakku...
sambil membersihkan debu2 usang masa lalu...

keetika malam datang, kau pun mulai rajin...
mengetuk pintu di jantungku, lalu menumpang tidur di hatiku...

ini semua tentang dirimu,
tentang senyummu..
tentang kelembutanmu...
tentang suaramu..

ah...
ternyata kau begitu menyenangkan..
dan terlalu indah untuk terlupakan begitu saja.

Rabu, 09 November 2011

10 November.....

Sejak semalam, di perjalananku menyusuri jalanan menuju Surakarta.
aku merenung mencari arti, apa arti Hari Pahlawan...

gemericik hujan menghiasi pekatnya malam.
terkadang hembusan acuh angin malam juga menampar wajah kantukku.
tapi tak jua aku dapatkan apa yang ku cari...

Hari pahlawan seperti hijaunya pepohonan di sepanjang jalan yang ku lalui. mereka memberikan perlindungan tanpa pamrih, tapi tak jarang ditebang dan tak diperhatikan...

Seperti Supir Bus malam, yang mengejar waktu, mengejar target tanpa lelah..
di benaknya hanya keselamatan penumpang, walau sering dianggap ugal2an ketika terjadi celaka...

seperti aku yang duduk termenung di sepinya malam, dengan sejuta persoalan yang berkecamuk dalam otak kecilku... ahhh... bayang2 tesis, revisi, wisuda, kerja, uang, perempuan, orang tua dll bergantian mengejekku dengan riang...

entahlah, aku tak tau pasti apa makna sesungguhnya...
yang jelas siang ini, aku ingin melepas lelah, melupakan sejenak gundah gulana.

masih terngiang suara serak orang tuaku... "cepat selesai ya nak.."
Bagiku merekalah Pahlawanku...

Sabtu, 15 Oktober 2011

Kanvas Dewata

Dan kau kalungkan manik-manik dewa dileherku.

Di dalam kanvasmu, dulu,
kau membuatsketsa taman:
seirang lelaki tua, bunga-bunga,
pohon beringin dan burung api.
Gambar yang belum selesai,
lama hilang,
tak sempat menjawab sumpah
sesama bocah bertelanjang hati.
Maka, dengan busur,membusung dada
yang panas berkeringat.
Dengan tobura, menggagas napas sampai
di cakrawala.
Dengan kata, terkuak lapis-lapis pelangi.

Maka Matahari pun diam.

Lalu kusapa kau
yang membungkuk membatu
di kesunyian sukma
sambil seenaknya kau berkata:
"Jangan cari aku di hari esok atau kemarin.
Aku di sini terus melukis!"

Jhon Waromi

Kamis, 13 Oktober 2011

Bertanya dalam diam...

kini aku sudah beruban sayank,
aku tak lagi terlihat menarik...
jerawat mulai betah tinggal diwajah kasarku...
urAT-urat mulai menonjol di tubuh cekingku...

tak ada lagi kesan erotis dalam senyumku yang dulu membuatmu tersipu..
tak ada lagi sayatan tajam dalam pandangan mataku, yang dulu membuat jantungmu berdetak kencang ketika ku tatap...
tak ada lagi sentuhan malaikat yang membuatmu merinding seperti saat pertama kali ku sentuh tanganmu...

apakah kau masih selembut dulu, yang selalu tersenyum manja seperti purnama yang menghangatkan bumi..
entahlah, aku hanya bertanya dalam diam...

Selasa, 20 September 2011

About U....

This is a thousand of poem that I write for you.
But I still felt that I failed to explain,
How nice you are
How beauty you are
How your shadow closing my eyes
How your voice closing my ear
How your heart closing my mind

So I create the poem in my heart
The poem that created by rhyme of love
The poem that wrote by the tears of happiness
And the poem that can only be understood by you

Love from the deepest heart

(Ronia)

Jumat, 02 September 2011

Surat untuk kekasih...

berkali kali kau tanya padaku seberapa besar cintaku

cintaku padamu, kau tahu
seperti persahabatan Li Po dan Tu Fu

lebih dari hi heel pada tumitnya
lebih cinta William Blake kepada mawarnya
seperti sepatu kanan kepada sepatu kiri
sebenci lorong kepada sepi

cintaku padamu
lebih pintar daripada angsa yang ingin terbang
lebih sabar dari pandai besi
yang mengasah linggis menjadi pedang

seperti orang gila,

malam malam aku bersumpah pada bulan
pada matahari yang memberi cahya padanya
pada bintang yang ada di atas kepalaku
di samping
di bawah
dan dimana saja karna kuyakin ia mengelilingi bumi

tanya saja pada Copernicus
pada Galileo
cintaku ku padamu : bulat adanya!
(SS)

sayank, aku menulis puisi.. walau ini bukan karanganku, tetapi cukup mewakili apa yang aku rasakan padamu.
berapa lama kita sudah bersama? berapa ribu kata yang pernah terucap? kata2 manis, sumpah serapah, hingga rayuan gombal...
masih tega saja kau sakiti aku?

sudah berapa waktu ku gunakan untukmu?
berapa banyak darah ku krbankan untukmu?
masih tega saja kau sakiti aku?

bahkan aku lupa, adakah waktu yang tersisa untuk diriku sendiri...
bahkan aku lupa, adakah ruang kosong yang tersisa untuk memikirkan selain dirimu..
masih saja kau sakiti aku??

semua telah kulakukan untukmu, kumanjakan dirimu, kuperhatikan dirimu..
apa kau puas??
mengapa gajah di pelupuk mata tak pernah terlihat??
hingga selalu kau perhatikan semut diujung lautan...
ya... setelah waktu yang tak berujung, masih saja kau menganggap dia.

ya semoga kau bahagia sayank...
suatu saat kau akan mengerti, betapa tak nyamannya dihianati.

Jumat, 19 Agustus 2011

Kau tau, kini aku semakin menggila..

Kau tau...
Kini aku semakin menggila...
Tak lagi ku gunakan nalarku untuk berfikir nakal tentang filsafat...

Kau tau...
Kini aku semakin menggila...
Tak lagi ku bicarakan aliran2 atheis dari product marxisme...

Kau juga tau...
Kini aku semakin menggila...
Tak lagi ku gunakan otakku untuk memikirkan teks2 hermeneutis tentang interpretasi agama..

Kau juga tau...
Aku semakin menggila...
Tak ada lagi naluriku, semangat nasionalismeku untuk membela negriku...

Ya!
Kau tau!!
Aku memang semakin menggila..

Karena aku lebih suka gunakan nalarku, untuk berfikir nakal tentang dirimu...
Untuk bicarakan tentang semua kecantikanmu..
Untuk selalu memikirkan kelembutanmu, & kugunakan naluriku, semangatku untuk selalu mempertahankanmu sayank...

Ya kau tau, aku memang menggilaimu..

Rabu, 03 Agustus 2011

Puisi Romantis GIE.

ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah

ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza

tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku

bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu

atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi

ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danang

ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra

tapi aku ingin mati di sisimu sayangku

setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya tentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahumari,

sini sayangku kalian yang pernah mesra,

yang pernah baik dan simpati padaku

tegakklah ke langit atau awan mendung

kita tak pernah menanamkan apa-apa,

kita takkan pernah kehilangan apa-apa”

Kamis, 21 Juli 2011

Indonesia Memanggil II




ANAK-ANAK Muda Indonesia, bangun duniamu sendiri. Kalian bisa bersama-sama bergandengan tangan, jangan tiru orang tua yang selalu bertengkar. tidak perlu lagi menonton film, sinetron, Infotainment, cerita horor, tayangan mistik, musik ndangdhut. jangan baca koran fitnah, tabloid gossip, majalah kaum modernis. Tak perlu lagi belanja ke Mall, supermall, megamall, minimarket, supermarket, hypermarket. sekarang saatnya untuk belajar. Ambil buku-buku standar. BACA. dapatkan substansinya. kembangkan. Praktikkan untuk bersama-sama mengubah Indonesia dan tumbuh bersama. Mulai dari diri sendiri. jangan menuntut orang lain, tuntut diri sendiri. Kalian sendiri. BISA! Pahlawan kita, adalah yang tidak bernama. Ialah diri Kita.


Anonim My Hero

Indonesia Memanggil




ANAK_ANAK muda Indonesia, jangan percayai para elite politik, birokrat, budayawan, tokoh publik, jurnalis, reporter televisi, host dan presenter infotainment, demonstran, pengacara, LSM, politikus busuk dan tidak busuk, ketua RT-RW, lurah, camat, bupati, gubernur, President, wakil rakyat, pendeta guru, penyair, tentara, polisi, MUI, kyai, pastor, penulis skenario sinetron, artis, GAM, OPM, komnas HAM,KPK, jaksa agung, MA, para menteri kabinet, koran, televisi, tabloid gosip, lembaga pollingcreatif writer, ghost writer, KPU, psikolog, penyanyi, artis sinetron, ragnarok, google, yahoo, peneliti, profesor, doktor dalam dan luar negeri, Indonesianis, kolumnis, post-modernis, cultural studies, liturgis, oportunis, bankir, ICW, caleg, capres, mantan jendral, purnawirawan, pahlawan, masa lalu, masa kini, dan sebagainya. KALIAN SENDIRI, bisa! pahlawan kita, adalah yang tidak bernama. ialah diri kita.

(anonim my Hero)

Selasa, 19 Juli 2011

Zaman Edan

Zamane zaman edan,
munggah mbulan numpake dokar,
politik saiki dadi dhangdutan,
rakyate kere enthek digoyang.
Sing penting ora kurang mangan.
Mangan tempe iwake tahu.
uteke memble morale kleru.

Zamane zaman edan,
wedang kopi gulane tebu
Rakyat gak eruh sapa sing digugu
Elite kabeh gak kenek ditiru
Kabeh nurut udhele dhewe
Nguyuh mbengi nyirami latar
Elite muntah rakyate lapar.

Zamane zaman edan,
tuku jemblem nang wak Tukiyem
wong cilik meneng ketoke tentrem
atine panas getam-getem.
Wong cilik ora bakal gumuyu.
Dhendheng goreng dioseng-oseng
Celeng dhegleng koq nyalon Presiden.

Sidhunata (2003)

Minggu, 17 Juli 2011

Doa berasama untuk Reformasi

Ya Tuhan, Pencipta dan Pemelihara kehidupan,
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat - Mu
karena kami dapat berkumpul dan berdoa bersama,
bersatu dalam damai.
meskipun banyak perbedaan di antara kami.
kami mensyukuri dan merayakan kebhinekaan latar belakang agama,
nilai-nilai, tradisi, ras, dan suku yang Kau karuniakan.
terlebih kami bersyukur karena di tengah kebhinekaan,
kami dapat bersatu dalam rasa damai.

Ya Tuhan, sumber kehidupan dan pengharapan.
kami datang ke hadirat - Mu, untuk memohon kekuatan dari Mu
karena memburuknya kehidupan berbangsa kami.
setiap hari kehidupan yang Kau karuniakan ini terancam,
bahkan nyawa dapat dengan mudah melayang,
mereka yang menyerukan hati nurani rakyat, dipenggal kehidupannya.

ratusan bahkan ribuan rakyat jelata,
harus mati dengan cara yang menyedihkan.
nafsu kuasa telah membuat bangsa ini terkoyak,
dan persaudaraan terancam berubah menjadi permusuhan.

Kau ciptakan kami sebagai mahkluk pekerja demi kelangsungan hidup kami.
namun kini...
sungguh banyak di antara kami telah kehilangan pekerjaan.

sebagai manusia kami membutuhkan makan.
namun kini...
harga makanan makin tak terjangkau
oleh sebagian terbesar dari kami.

Ya Tuhan, sumber karunia dan pengampunan..
kami adukan kepada Mu rasa cemas dan khawatir kami
menjalani hari-hari yang akan kami jelang
sebagai pribadi maupun sebagai bangsa.

di hadapan Mu kami menunduk dan merenung
memohon ampunan dan rahmat Mu semata.
karena sebagai umat Mu kami sering lali
menjaga karunia kebhinekaan, luhurnya kehidupan,
dan rasa kemanusiaan yang telah kau berikan.

Ya Tuhan, pencipta dan pemelihara kehidupan..
Engkaulah sumber harapan dan hidup kami.
barilah kami daya kehidupan yang berasal dari Mu.
daya khidupan yang penuh kegembiraan,
daya kehidupan yang luhur dan penuh cinta kasih,
daya khidupan yang memampukan kami untuk bangkit kembali
membina persaudaraan.

berilah kami semangat dan harapan,
gairah yang menyala demi membangun dan membela
kehidupan yang Engkau ciptakan dan karuniakan
bimbinglah kami agar kami mampu bekerja bersama
memperbaiki puing-puing reruntuhan tanah air kami.
agar menjadi tempat yang layak bagi kami semua,
untuk hidup bersaudara sebagai sesama ciptaan Mu.
amin...


(di kutip dalam buku Fiqih Lintas Agama)

Senin, 27 Juni 2011

nostalgia...

Situbondo, 28 Juni 2011
01.50 AM

aku mencoba menata kembali ingatan2 lama yang telah berserakan di selokan otak kananku. sambil sesekali memandangi langit yang sebenarnya tidak indah.
tak ada bintang..
tak ada sang rembulan..
apalagi kupu2 malam...

beberapa tahun yang lalu...
tawa dan canda ku dapatkan di sini...
di setiap pijakan tapak kakiku..
di sudut2 tempat yang ku duduki...

hm...
tak terasa ternyata waktu semakin cepat berlalu...
aku telah semakin tua, begitu pula dengan teman2 lamaku..

entahlah..
apakah malam ini, masih kurasakan sisa2 tawa polos masa mudaku dulu..
aku mencoba mengingat2nya...
walau tanpa terasa pagi semakin dekat, aku hanya mampu tersenyum sinis menyesali semua yang telah terjadi dengan begitu cepat...


tiba2 kawanku mengagetkan...
"hey kawan!! apa yang kau pikirkan?
haha, hidup itu untuk dinikmati, tak perlu sulit2 kau pikirkan terus..."

aku hanya termangu, dengan sedikit menjawab:
"ini nostalgia yang indah..."

Kamis, 09 Juni 2011

Perempuan di ujung senja....

aku berdiri menatap langit....
menantang sejuknya udara sore ini...
mencoba bercengkrama dengan dedaunan yang selalu melambai....

Sayup-sayup masih ku dengar tangisnya...
masih ku rasakan kehangatan air matanya...
kelembutan sentuhannya...

ah....
begitu kasihan perempuan itu...
kelembutannya ternodai...
kepolosannya tercabik-cabik..
dan kebaikannya terabaikan...

aku heran pada dunia...
yang hanya bisa diam....

aku heran pada birunya langit..
selalu saja tersenyum walau banyak hati yang tersakiti....

malam yang sunyi itu seakan menjadi saksi.
betapa dalam luka di hatinya...
tersayat-sayat jiwa rapuhnya...
tergores oleh sikap ego lelaki durjana....

aku hanya bisa melihat kesedihannya...
air matanya terlalu suci untuk diteteskan .
kesedihannya tak pantas tergadaikan...

sudahlah wahai perempuan...
masih banyak ikan di laut
tak perlu kau makan ikan yang telah busuk,
dan tulangnya melukai lidahmu.

Sabtu, 07 Mei 2011

Terbelenggu Rindu...

Yogyakarta, 08 Mei 2011. 01 20 AM

Rasa rindu menjajah mataku malam ini....

seakan mata ini terganjal senyumnya yang menghantui malamku...
seakan ia selalu menabuh drum di dalam hatiku..

dag dig dug..
dag dig dug..
dag dig dug..

ah...
mengapa harus malam ini wahai perempuan?
aku tak ingin terganggu...
aku ingin sendiri, mengurung diri...
jauh dari sentuhan angin malam, dari suara jangkrik yg sedang berpesta, juga jauh dari dirimu, bahkan jika itu hanya bayangmu!

Tiba-tiba bayangmu datang...
masihkah kau selembut dahulu, membuatkan aku susu bersama senyummu di pagi hari..
masihkah kau sebaik dulu, membenarkan letak kemejaku dengan sentuhan lembutmu..

Prempuanku...
seandainya kau mampu menafsirkan sikapku, perasaanku, tatapanku...
kau akan mengerti, betapa besarnya beban rasa cinta yang tak mampu aku bendung dalam hati ini.
Rasa itu terus membesar, hingga aku tak mampu menahan gejolak ini..

Tuhan.. jika kau mendengar...
Bantu aku untuk mengontrol apa yg aku rasakan.
aku tak mau rasa cintaku pada-Mu terkalahkan dengan rasa ini.
walau aku sering berapologi, aku mencintai-Mu melalui makhluk indahmu yg ada pada sosok perempuanku..
tapi Kau pasti mengerti Tuhan, bahwa ini hanyalah apaologi..

akh!! sudahlah..
terkadang semakin malam, pikiranku terlalu jauh melayang hingga tak ingat lagi bahwa perempuan itu baru saja pergi mengejar cintanya...

kemana dirimu yg dulu wahai perempuanku...
yang menggodaku dengan kelembutanmu...
yang menyapaku dengan tatapan nakalmu...

kemana dirimu yang dulu...
yang selalu sabar menghadapi egoku...
yang selalu setia mengagumiku...

kini persetan dengan semuanya...!!!
kau bahkan berani memuji laki2mu di hadapanku...
kau berkata kasar, seakan aku tak lagi berarti...

sudahlah...
angin malam sudah mulai merabaku...
aku ingin tidur, agar kau pergi bersama angan yang ku abaikan...
selamat tinggal kasih..

I miss u but I hate u...

Rabu, 04 Mei 2011

Maaf Cintaku...

Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar engkau tahu memang indah matamu

Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
Segudang kata cinta padamu

Mengertilah
Perempuanku

Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Mengertilah
Perempuanku

Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

(Iwan Fals)

Jumat, 08 April 2011

Lihatlah...

Wahai Politisi dan Pemimpin Negara...

Lihatlah akibat yang ditimbulkan oleh pemerintah yang otoriter!
Lihatlah akibat dari pemaksaan kehendak pemerintah yang otoriter!
lihatlah akibat politik penyeragaman Pemerintah otoriter!
lihatlah akibatpolitik mengotak-kotakkan pemerintah otoriter!
lihatlah akibat dari politik menyepelekan HAK RAKYAT!
lihatlah akibat dari arogansi penguasa!
lihatlah akibat melecehkan hukum!
lihatlah akibat membungkam mulut dan memasung kehendak rakyat!
lihatlah akibat dari penyelenggaraan negara yang didasarkan pada kepentingan sendiri!
lihatlah akibat pemerintahan yang korup!

wahai rakyat...

Lihatlah akibat yang ditimbulkan oleh kegilaan terhadap dunia dan materi!
Lihatlah akibat dari mengedepankan kepentingan diri sendiri!
Lihatllah akibat dari menuruti hawa nafsu!
lihatlah akibat dari keserakahan!
lihatlah akibat dari pemaksaan kehendak!
lihatlah akibat dari pelecehan hukum!
lihatlah akibat dari menomor sekiankan Tuhan!

(GUS MUS)

Senin, 14 Maret 2011

tanpa judul; jangan dibaca...

adakah yang bisa menggambarkan betapa sakitnya ketika kau dikhianati,,,

it's my story...

bermula dari kekaguman,
tatapan awal matanya mampu meluluhkan kerasnya ego yang membatu dalam jiwa..

sapanya, keramahannya, kelembutannya...
semua tentang dirinya begitu mengagumkan..
entahlah, itu kesengajaan atau faktor alamiah yang muncul dari inner beauty.
itulah yang membuatku memberanikan diri untuk mengakhiri masa pencarian yang tlah bertahun2 lamanya...

waktupun berlalu, ternyata...
cintaku digandakan...

mungkin karena aku terlalu cinta, akupun tak memperdulikan hingga akhirnya semua cobaan ini terlewati..

sebulan berlalu.... masih teringat kata2nya "aku masih mencintai yang lalu..."
dua bulan berlalu... masih saja terulang kata2nya...
tiga bulan berlalu... aku fikir semua sudah berakhir dan kesetiaan itu sudah ku dapatkan...
empat bulan berlalu... semua terbongkar...

ternyata, ia bermain api dibelakangku...
masih dengan orang yang sama..

astagfirullah... benar2 menyakitkan.
cukup menyakitkan...

ia fikir hanya dirinya yang banyak godaan...
jelek2 begini godaan silih berganti datang, tapi aku berupaya untuk tetep konsisten, "setia" klo kata anak muda..

tapi kesetiaan itu dibayar dengan darah...
ah...

terima kasih cinta, atas kejujuranmu yang sudah terlambat.

Minggu, 13 Maret 2011

ter"alienasi"....

aku semakin bosan dengan jalan hidup ini...

disaat jalan semakin luas, justru aku terjebak pada jalan buntu yang tak berujung.
aku benar2 muak dengan semua.
aku ingin bangun dari mimpi buruk ini...

kemana diriku yang dulu, seakan tertelan waktu yang tak bersahabat.
pagi berganti malam, berganti pagi kembali, berganti minggu.. bulan...
tapi tak sedikitpun karya yang aku hasilkan untuk menunjang kehidupan dimasa yang akan datang.

semua yang ku lakukan hanya kesia2an...
tak bermanfaat, tak berguna....
hanya bergentayangan dalam kehidupan yang tak pasti.

Tuhan, mengapa kau butakan otakku??
mengapa kau butakan mata hatiku...
mengapa kau jebak aku dalam angan2 kosong!!

aku benci dengan garis takdir yang tlah kau rencanakan...
aku ingin menetukan takdirku sendiri...
aku ingin menjadi pasukan nietzsche, untuk membunuhmu!
ya aku pun ingin membunuh tuhan!!

Maaf Tuhan, jika kata2ku menyakitimu...
yang aku tau Kau maha pengampun...
aku hanya ingin kau penuhi permintaanku...

Tuhan...
aku rindu diriku yang dulu,
yang penuh ambisi...
penuh inspirasi..
penuh semangat,dengan optimisme yang sangat tinggi...

aku benar2 teralienasi dalam hidupku sendiri...
kemanakah diriku yang dulu?!

Kamis, 03 Februari 2011

Puisi kaum Proletar..


BANGUN dan bangkitlah!
Robohkan fondasi istana kaum kaya
Didihkan darah kaum tertindas dengan api iman
Ajarlah burung gereja biar berani melawan elang
Saat rakyat berdaulat sudah dekat
Hapuskan sisa-sisa hukum dan kebiasaan masa lalu
Buanglah bulir gandum dan kebiasaan masa lalu
Buanglah bulir gandum di tegalan
Yang gagal member kehidupan kaum tani
Kemudian arahkan pandang kepada para pendeta
Dan singkirkan mereka dari gereja
Sebab mereka berdiri bagaikan tirai besi yang memisahkan
Tuhan dan manusia
Padamkan lampu disemua kelenteng dan masjid
Karena mereka mencoba menipu Tuhan dan berhala-berhala
Dengan sujud dan bicara tanpa makna
Aku muak dengan kemegahan palsu kelenteng pualam
Bangunkan daku kelenteng dari tanah.

(Sir Muhammad Iqbal)

Bukalah matamu sawdara seimanku...


Tuhan
Lihatlah betapa baik kaum beragama di negeri ini
Mereka tak mau kalah
Dengan kaum beragama lain di negri-negri lain,
Demi mendapat ridla Mu
Mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka
Untuk merebut tempat terdekat disisiMu
Mereka bahkan tega menyodok dan menikam
Hamba-hambaMu sendiri
Demi memperoleh rahmatmu
Mereka memaafkan kesalahan
Dan mendiamkan kemungkaran
Bahkan mendukung kelaliman
Untuk membuktikan keluhuran budi mereka
Terhadap setan pun
Mereka tak pernah berburuk sangka.

-a. Mustafa Bisri-

Negri Para Pelupa II


Para jendral dan pejabat sudah saling mengadili
Para reformis dan masyarakat
Sudah  nyaris tak terkendali
Mereka yang kemarin dijarah
Sudah mulai pandai meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mencoba memaksa
Mereka yang selama ini tiarap ketakutan
Sudah bnyak yang muncul kepermukaan
Mereka yang kemarin dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Mereka yang kemarin terbelenggu
Sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
Mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa
Sudah mulai banyak yang lupa.

-Mustofa Bisri, 2000-

Negri Para Pelupa.


Tokoh-tokoh hitam yang selama puluhan tahun
Membohongi dan menjarah uang rakyat
Cuma butuh enam tahun untuk come back
Dengan tenang dan dilegitimasi oleh hukum…
Hanya dalam tempo enam tahun
Rakyat sudah lupa akan dosa-dosa mereka!
Lupa, kan!?...
Pak Sanini KM pernah berujar,
“kita jangan lupa pada sejarah Konferensi Asia Afrika
Lima puluh tahun yang lalu.”
Si Ahda teman saya kontan tersengat,
“wah boro-boro lima puluh tahun,
Reformasi yang baru lima tahun saja sudah dilupakan.”

-Harry Roesli, 2004-

darah...


Terhadap apa pun yang tertuliskan,
Saya hanya menyukai apa-apa
Yang ditulis dengan darah,
Menulislah dengan darah,
Dan dengan begitu
Kau akan belajar bahwa darah adalah roh.

-Nietzsche